Masohi, 1 November 2014
» Read More...
Ale, Beta, Katong Pung
» Read More...
Pada bulan Oktober 2009, UNESCO menunjuk Batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan, untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi dunia. Sehingga tanggal 2 Oktober bukan hanya berubah menjadi Hari Batik Nasional, tapi juga diperingati sebagai Hari Batik Internasional.
Pada tulisan beta kali ini, ingin menyoal soal kebudayaan Batik dan Membatik, yang sudah hampir dan nyaris di generalisir harus menjadi identitas semua suku bangsa yang ada di negara Indonesia ini. Sebab ini bukan hanya soal membangun perspektif yang asal mau berbeda saja; tetapi mungkin tulisan ini, menjadi sebuah perspektif yang berbeda bagi orang Maluku, yang hakekatnya tidak memiliki hubungan langsung dengan budaya Membatik dan batik.
Berdasarkan penjelasan WIKIPEDIA pengertian batik adalah : "salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing.
Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik
tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki
kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.[1]
» Read More...
KESAN BERJUMPA DENGAN INTERNET
Saat membuat tulisan ini, beta masih dalam posisi yang kurang lebih sama dengan saudara-saudariku yang sampai hari ini ingin keluar dari zona nyamannya. Sebagai orang Maluku, beta dibesarkan di Pulau Saparua, yang sangat kental dengan tradisi dan budayanya, begitupun dengan negeri asal beta yaitu negeri BOOI. Dan sekarang sudah menetap di kota Ambon, kurang lebih 13 tahun, sejak pertama kali merantau untuk menamatkan pendidikan S1 di UKI Maluku, yaitu pada fakultas Filsafat Agama.
Sejauh ini dalam amatan beta, masih banyak yang belum berubah dari pola berpikir sebagian besar masyarakat Maluku, meskipun perkembangan pola pikir dihampir sebagian besar dimensi kehidupan di dunia ini sudah sangat berubah dan maju. Kenyataan ini bukan lagi menjadi rahasia umum, dan beta juga sengaja menyimpulkannya lewat sejumlah pengamatan dan juga pola dari riset yang sederhana yang sudah dilakukan atas setiap perjumpaan beta dengan orang Maluku lainnya dalam kehidupan sesehari. Mungkin ini bersifat pandangan subjektif, tetapi sesungguhnya adalah kegelisahan beta sejak lama, yang selalu berpikir "Out Box" semenjak masa kuliah dahulu.
Pernah suatu ketika ada salah satu teman kuliah beta mengatakan begini, "bu ini mau jadi pendeta kah atau mau jadi hacker (orang yang pakar dengan komputer, dan bisa melakukan aktivitas komputerisasi diatas rata-rata)?? abis setiap waktu pi gorila (nama warnet) tarus." Karena mereka gelisah sekali atas perilaku beta yang dahulu semasa kuliah semenjak kenal internet di tahun 2008, hampir sebagian besar waktunya berada di Warnet, yaitu selepas pulang kuliah sampai larut malam bahkan subuh. Dikarena jatuh cinta dengan aktivitas browsing sejumlah informasi yang menurut beta bisa bermanfaat dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang untuk pengembangan diri. Di samping waktu itu baru mulai belajar Facebook-an sebagai selingan saat melakukan browsing, meski binggung juga waktu itu, mau bikin apa dengan Facebook ini?? (sorry saat itu belum banyak pengguna Facebook di Kota Ambon).
» Read More...
» Read More...
Kisah ini pertama kali didengar dari Almarhum PAULUS PATTIASINA, yang menceritakannya sebagai pengganti dongeng pada saat semasa kanak-kanak. Dan inti cerita ini beta bahasakan ulang dengan gaya bahasa beta, semoga dapat menjadi tambahan referensi bagi anda pembaca setia "TRADISI MALUKU".
Di Jaman penjajahan bangsa Jepang di Maluku (1943-1945), tepatnya di pulau Seram, salah satu pulau di Maluku terdapat sebuah cerita rakyat yang cukup populer saat terjadi kisah ini, hingga akhirnya anda dapat menyimaknya dalam tulisan ini. Dan harus digaris bawahi kisah ini adalah kisah nyata.
Saat masa penjajah Jepang di Maluku saat itu, ada suatu kebiaasaan buruk dari tentara Jepang adalah "Taruhan Duel Jalanan" (Baku Pukol Jalang dalam bahasa dialek Ambon) yang diselanggarakan dengan mempertemukan Karateka-karateka asal Jepang (yang juga merupakan tentara Jepang sendiri) dan bahkan dengan jawara-jawara pribumi dari Maluku.
» Read More...
Dunia tak berasa..
Seperti makanan awalnya tanpa bumbuh, dipaksa makan untuk kenyang.
Oh dunia..
Dikala jemariku menyentuh kulitnya yang berwarna sawo matang,
dan aroma tubuhnya yang khas, seperti rempah-rempah yang nikmat.
Begitupun dengan desahannya seperti udara gunung Murkele di lembah malam ini yang dingin,
namun sangat memikat.
Bisakah kata-kata ini menjadi mantra agar angin kembalikan aroma itu.?
Dapatkah mimpi-mimpiku terus menemuimu seperti yang lalu.
Terlalu, aku rindu..
MARAINA, April 2014
» Read More...
Kami masih terus hidup disana; di Maraina.
meskipun harus ada yang mati, meninggalkan nama dan marga.
Kami masih terus berjalan kaki sampai hari ini,
itupun sejak dahulu nenek moyang kami alami..
Kami bingung warga negara kami apa,
Indonesa; benar ataukah tidak? Kami beralasan guru tak ada, tanya kenapa?.
» Read More...
Tak diragukan lagi kekuatan hidup orang basudara sebagai dasar perekat dalam setiap bangunan Tradisi dan Budaya di dalam konteks orang Maluku, terus menampilkan beragam cerita hebat, meskipun bagi mereka yang mengalaminya hanya sebagai cerita yang sederhana.
Mulai dari pengalaman pribadi, komunitas, dan bahkan pengalaman antar negeri di Maluku seakan terus menuju pada suatu tujuan yang sama hingga di tahun 2014 ini, setelah pernah mengalami pengalaman pahit di tahun awal 1999. Tetapi seakan semua manusia Maluku punya cara yang spesial untuk menciptakan dan memperbaharui relasi antar hidup orang basudara (dalam hal ini, antara suku dan agama) maka ada sekian banyak kisah yang dapat terekam dalam tulisan atau lewat media lainnya, dan kemudian menjadi referensi berharga bagi orang lain untuk mencari inspirasi, salah satunya bagi para pencita damai di belahan dunia ini.
Tak sengaja kemarin, kemarin ketika saya membuka akun facebook saya, ada suatu cerita menarik namun dikemas begitu sederhana dalam gaya bahasa apa adanya, seakan melaporkan secara terperinci kenyataan yang saat itu terjadi di daerah Maluku Utara, tempat dimana salah seorang teman saya
» Read More...