Aku mungkin hanya mendengar cerita yang dihembuskan angin tentangmu Aru,
tetapi angin yang terhembus itu membuat bulu kudukku terus berdiri hingga kini, dan entah kenapa belum tertidur kembali, sebab aku tahu persis semangat solidaritas nenek moyang kita satu, sama-sama Kabaresi.
Aku mungkin belum menginjakkan kaki dan berdiri diatas tanahmu Aru,
tetapi jika aku berdiri di tanah Ambon, salah satu tanah raja, begitupun juga tanahmu itu tanah raja, pemberian nenek moyang kita, yang memiliki bau nafas yang sama, sebagai orang-orang Malenesia.
Aku mungkin mengangkat pena untuk melawan dengan tinta atau juga berteriak dengan keras, tetapi bagi kamu Aru,
angkatlah panah dan lawanlah sampai tumpah darah penghabisan, jika ada orang dagang yang punya muka dua, atau yang memiliki lidah bercabang dua, yang berdesis siap mematukmu dari belakang, dapatilah mereka disekitarmu lalu potong putus bage dua.
» Read More...