Setelah pulang dari pasar Saparua, mama Yoke “keku” (salah satu upaya orang perempuan Maluku khususdi bagian Ambon-Lease, membawa suatu beban yang kemudian ditaruh diatas kepala dengan beralaskan kain Anyiong; yaitu sebutan untuk kain yang digulungkan sebagai alas kepala) sagu mentah satu “tumang” (Tumang; adalah wadah tempat sagu mentah ditempatkan untuk dipasarkan, biasanya 1 tumang sagu mentah beratnya 25-30 kg atau lebih), sementara barang bawaan mama Yoke “ditenteng” (dalam bahasa saparua di sebut “Rembeng”) oleh Mama Mia. Inilah salah satu contoh dari kebiasaan atau tradisi barantang yang di ketahui masih menjadi bagian dari pola hidup orang Saparua hingga kini.
Barantang adalah kesepakatan antara 2 belah pihak (atau lebih) untuk saling membantu dalam kepentingan mendapatkan suatu hasil dan kemudian di bagi secara merata oleh kedua belah pihak. Hal ini sering dilakukan oleh kaum hawa ketika dalam bersamaan waktu misalkan, menuju ke pasar; dan biasanya untuk menghemat kebutuhan belanja, sering “baku akort” (melakukan kesepakatan) untuk barantang salah satu atau dua jenis barang belanjaan. Jadi kegiatan barantang sangat membantu kebutuhan mama Yoke dan mama Mia misalkan, dimana mereka mendapatkan satu tumang sagu mentah dengan bayaran 50% - 50%.
Barantang sama dengan Maano atau ma’anu dalam kultur budaya orang Maluku Tengah, adalah sama-sama mengarah pada kerja sama yang bersifat ekonomis dalam kepentingan akhir, ketika dua atau tiga orang bersepakat melakukan barantang. Tetapi Maano dipahami lebih cenderung terhadap bekerja sama membuat kebun, membeli dusun cengkih, dll, yang bersifat besar. Sementara barantang adalah bentuk kerja sama dalam membagi hasil dalam skala yang kecil, seperti pada umumnya barantang kebutuhan-kebutuhan makan minum. Dengan begitu pengunaan tradisi barantang lebih familiar dikalangan ibu-ibu ketimbang bapak-bapak (yang lebih mengenal ma’anu/maano). [SA.95] J.Pattiasina
Ale pung tulisan tentang tradisi-tradisi nieh mantap kawan ... kalo ale bisa gali beberapa lai, bisa bikin buku bagus tuh ...
ReplyDeleteLanjutkan bro
Bung e... seng berpikir sampe ka situ, beta masih berpikir untuk memberi dolo. Untuk menerima soal berkat dari Tuhan,itu pasti akang datang deng waktu taputar..!!
ReplyDeleteDangke su mangente deng su basahua di jiku kintal nie...
Bung eee,,, bet senang skali deng ale pung pengetahuan soal silsilah yg ada di ambon, bet ana asli haria tp lahir besar di jayapura, danke voor share soal silsilah tete nene moyang par katong yg ada di rantau... Tuhan Yesus berkati ale pung pengetahuan. Par katong kase inga ana cucu.....
ReplyDelete