oleh : Jimmy Pattiasina
Setiap negeri adat di Maluku yang tersebar di seribu pulaunya memiliki keberagaman dan karakater yang khas tentang tradisi dan budaya masing-masing negeri adat yang dipimpin oleh seorang Raja atau Orang Kaya.
Demikian halnya dengan orang Booi (negeri Booi), yang berada di
wilayah administrasi Kabupaten Maluku Tengah, yaitu di Pulau Saparua; yaitu sebagai
salah satu pulau yang bersejarah dalam konteks perjuangan pra
kemerdekaan Indonesia melawan Penjajah. Yaitu Kapitan Pattimura dengan para
Kapitan lainnya di Lease, yang bersekutu untuk menumbangkan keperkasaan benteng
Duurstede pada tahun 1817.
Negeri Booi dan masyarakatnya sejak kemenjadian mereka dari jaman pra sejarah
hingga kini di tahun 2016, telah menyimpan banyak sekali keunikan dari dasar-dasar tradisi
dan kebudayaan mereka sendiri. Sehingga produk-produk budaya sebagai wujud nyata warisan leluhur kepada generasi penerusnya di masa kini, masih
tersimpan, dan juga sejumlah bukti warisan budaya leluhur negeri Booi, hingga sekarang masih terlestari. Meskipun begitu dengan perkembangan jaman, sejumlah warisan budaya leluhur orang Booi, mulai berangsur-angsur sengaja dirubah oleh sebagian kelompok masyarakat yang berada di negeri Booi di hari ini.
» Read More...
"Tidak ada yang baru di dalam dunia ini, yang ada hanyalah
bentuk pengulangan dari sesuatu yang telah ada"; termasuk juga di dalam
perkembangan busana (fashion) di dunia ini.
Kemeja Amboino adalah pengembangan dari model busana Tradisional
orang Ambon, khusus yang dipakai oleh laki-laki, yaitu KABAYA & BANIANG;
dimana Kemeja Amboino mencoba menggabungkan dua baju menjadi sebuah kemeja
utuh, yaitu berlengan pendek dan berlengan panjang (dengan manset kemeja).
Memang telah ada sebelumnya sejumlah penjahit dari masa ke masa di abad 20 di
kota Ambon sudah mencoba untuk memodivikasi baju daerah Ambon ini (yaitu Kabaya
& Baniang). Tetapi membuat modifikasi KABAYA & BANIANG menjadi sebuah
kemeja yang punya karakter khusus, barulah dipopulerkan pada tahun 2011 oleh
Jimmy Pattiasina dengan membuat kemeja Amboino lengan pendek, dan setelah itu
dengan lengan panjang bermanset, dan juga dipadukan dengan motif khas daerah
Maluku.
Jadi bisa dikatakan dengan sedikit keberanian dan kreativitas
untuk mendorong sebuah model yang baru dari baju daerah KABAYA & BANIANG,
Jimmy Pattiasina dikategorikan cukup berani, sebab bagi orang Ambon pada
umumnya memandang baju KABAYA & BANING itu hanya di pakai sebagai busana
pesta, busana acara kedaerahan (seremonial khusus), dan khsus bagi komunitas
GPM memakai desain KABAYA HITAM & BANIANG sebagai busana liturgis bagi para
anggota gerejanya dan secara khusus dipakai oleh para majelis jemaatnya (yang
laki-laki); sehingga KABAYA & BANIANG bukanlah busana/baju untuk dipakai
berkantor atau menjadi busana formal lainnya. Tetapi dengan berjalan waktu,
hingga di tahun 2016 ini sudah menyentuh angka diatas 800-an kemeja Amboino
telah diproduksi dan dipakai oleh semua kalangan masyarakat Ambon/Maluku untuk
beraktivitas berkantor, tetapi juga beraktivitas formal lainnya dengan memakai
kemeja Amboino..
» Read More...
Dalam bulan Juni 2015, beta memiliki satu ide untuk membuat sejumlah
#Quotes dengan gaya bahasa "Majas" atau dalam prinsip-prinsip dialek orang Ambon-Lease dan kemudian mempostingnya pada Instagram. Dan kemudian membagikan
quotes tersebut secara otomatis ke Facobook.
Tetapi
quotes ini, tidak dijelaskan secara lengkap tentang latar belakang idenya, atau makna serta tujuannya apa sich?? ketika setiap harinya quotes dengan hastag seperti
#KalimatTuaTua #KataTuaTua #KalimatHauHau #IdeHauHau #TarukiraHauHau lalu kemudian dipublikasikan untuk menghiasi time line beta di Sosial Media.
Untuk itu, lewat Blog TRADISI MALUKU, beta ingin sekali menciptakan satu kategori tulisan yang berisikan sejumlah postingan khusus untuk memberikan penjelasan atas quotes yang sudah beta bikin sebelumnya di Instagram.
Sehingga dikemudian hari akan menjadi media pembelajaran bersama, jika anda membacanya, diharapkan anda dapat menemukan sejumlah materi pembelajaran yang khas dan berkaitan dengan budaya Maluku, serta nilai-nilai yang secara otomatis inhern dalam kategori postingan tersebut; yaitu akan anda temukan dalam kategori tulisan yang sengaja beta namakan "HETU TUA TUA". Yang artinya "Cerita Tua-Tua" atau "Cerita Jadoel/Lawas (Dalam gaya bahasa Ambon Lease).
Sebagai contohnya, pada gambar di atas, ini adalah sebuah #Quote perdana yang beta buat di bulan kemarin, yang berbunyi (dalam dialek/bahasa Ambon Lease Hari-hari) : "BIAR MASI PARANGGANG, MAAR BISA BALA BANGKOK YANG BAJENGGER KARANG". Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti :
"Biarpun masih muda (Paranggang : sebutan untuk seekor ayam yang masih remaja dan siap menjadi dewasa), tetapi bisa memukul kalah seekor ayam bangkok (Bangkok : adalah sebutan kepada salah satu jenis ayam blesteran dengan ciri-ciri fisik yang besar dan kekar; serta seluruh warna wajah dan tembolok atau lehernya cenderung berwarna merah) yang besar, yang memiliki jengger terlihat seperti terumbuk karang di laut".
Yang artinya : dari quote ini, mau memberikan pembelajaran berarti, seringkali yang "Muda" selalu dianggap sebelah mata oleh mereka yang sudah mengganggap dirinya dewasa, dan kaya akan sejumlah pengalaman dalam jenjang karir mereka, dan lain sebagainya. Tetapi, fakta di hari ini, telah banyak membuktikan kalau ada banyak anak muda, ada banyak para pemimpin muda, ada banyak pengusaha muda, atau banyak kalangan profesional muda lainnya yang mampu menunjukan kualitas mereka jauh melebihi keunggulan dari orang-orang yang katanya sudah matang dari segi usia dan popularitas lainnya.
Semoga Bermanfaat
» Read More...
Jimmy Pattiasina
KALALERANG
Naiklah di atas kayu Lenggua,
Atau panjatlah pohon Trambesi yang tinggi,
Dan tunggulah Kasturi Raja di sana,
Untuk mendengar bisikan curhatan mereka..
Saat pohon tumbang jadi sualap lima tuju,
Saat daun hijau gugur dan bermetamorfosa berwarna biru melulu...
Jangan kaget kalau ada kemiskinan dan perkabungan dalam plot cerita,
Ketika tanah tumpah darah ada harga; lalu berlanjut berniaga.
» Read More...