KEMEJA AMBOINO; SEJARAH & PENGEMBANGANNYA

"Tidak ada yang baru di dalam dunia ini, yang ada hanyalah bentuk pengulangan dari sesuatu yang telah ada"; termasuk juga di dalam perkembangan busana (fashion) di dunia ini.

Kemeja Amboino adalah pengembangan dari model busana Tradisional orang Ambon, khusus yang dipakai oleh laki-laki, yaitu KABAYA & BANIANG; dimana Kemeja Amboino mencoba menggabungkan dua baju menjadi sebuah kemeja utuh, yaitu berlengan pendek dan berlengan panjang (dengan manset kemeja). Memang telah ada sebelumnya sejumlah penjahit dari masa ke masa di abad 20 di kota Ambon sudah mencoba untuk memodivikasi baju daerah Ambon ini (yaitu Kabaya & Baniang). Tetapi membuat modifikasi KABAYA & BANIANG menjadi sebuah kemeja yang punya karakter khusus, barulah dipopulerkan pada tahun 2011 oleh Jimmy Pattiasina dengan membuat kemeja Amboino lengan pendek, dan setelah itu dengan lengan panjang bermanset, dan juga dipadukan dengan motif khas daerah Maluku.

Jadi bisa dikatakan dengan sedikit keberanian dan kreativitas untuk mendorong sebuah model yang baru dari baju daerah KABAYA & BANIANG, Jimmy Pattiasina dikategorikan cukup berani, sebab bagi orang Ambon pada umumnya memandang baju KABAYA & BANING itu hanya di pakai sebagai busana pesta, busana acara kedaerahan (seremonial khusus), dan khsus bagi komunitas GPM memakai desain KABAYA HITAM & BANIANG sebagai busana liturgis bagi para anggota gerejanya dan secara khusus dipakai oleh para majelis jemaatnya (yang laki-laki); sehingga KABAYA & BANIANG bukanlah busana/baju untuk dipakai berkantor atau menjadi busana formal lainnya. Tetapi dengan berjalan waktu, hingga di tahun 2016 ini sudah menyentuh angka diatas 800-an kemeja Amboino telah diproduksi dan dipakai oleh semua kalangan masyarakat Ambon/Maluku untuk beraktivitas berkantor, tetapi juga beraktivitas formal lainnya dengan memakai kemeja Amboino..


Artinya dengan mengidentifikasi keunikan busana daerah Maluku/Ambon yaitu KABAYA & BANIANG dalam trend fashion yang terus berkembang, telah membuktikan suatu realitas kekinian, yaitu bahwa kreativitas generasi muda Maluku sudah waktunya untuk lebih berani mengkampanyekan karakter dan keunikan daerahnya, sebagaimana daerah lainnya di Indonesia ini telah melakukan hal yang sama terlebih dahulu, sehingga mereka lebih dahulu terkenal dan membangun suatu kiblat berbusana yang khas dimasa kini dan mendatang di pasar regional, nasional, maupun internasional.

Hal ini terbukti, ketika diferensiasi produk dari KEMAJA AMBOINO mereprentasikan gaya berbusana Etnik Modern khas orang Ambon, justru telah menambahkan banyak aspek dan dampaknya bagi masyarakat Maluku/Ambon secara umumnya, dan Beta95 sebagai perusahaan milik Jimmy Pattiasina yang memproduksi Kemeja Amboino. Apalagi dengan menambahkan banyak motif khas daerah Maluku pada desain kemeja ini, membuat kemeja Amboino sangat spesifik dan melekat citra orang Ambon di dalamnya.

TAHUKAH ANDA, ADA BANIANG TETAPI JUGA ADA TUMIANG?

Telah dijelaskan diatas jika kemeja Amboino, adalah modernisasi dari bentuk busana KABAYA & BANIANG orang Ambon; tetapi juga kemeja Amboino adalah Modernisasi dari bentuk KABAYA DANGSA & TUMIANG. Nah, sejauh ini mayoritas masyarakat kota Ambon, hanya mengenal dan mengetahui dengan baik KABAYA & BANIANG, dan bahkan menyebut KABAYA & TUMIANG sebagai KABAYA & BANIANG. Padahal BANIANG dan TUMIANG adalah dua bentuk baju yang berbeda, sekaligus merepresentasikan dua kultul yang berbeda pula dalam sejarah akulturasi budaya di Maluku.


Sebab sejak awal orang Maluku memiliki BANIANG, yaitu baju dalaman yang berwarna putih polos memakai kancing, dan dipakai dengan KABAYA sebagai bentuk sederhana dari cara meniru desain Jas/Jaket luar bangsa Eropa (hal ini dibuktikan dalam sejarah Maluku dan kolonilisme bangsa eropa mulai dari Inggris, Protugis, Spanyol hingga Belanda, dimana sejarah mencatat bahwa busana Stelan Jas itu secara spesifik diciptakan pertama kali di dunia oleh orang Inggris); dan BANIANG bentuk seperti baju koko. Sedangkan disisi lain pada suatu periode perjumpaan masyarakat Maluku dengan suku-suku lain Bugis-Makasar-lah yang kemudian menciptakan TUMIANG; yaitu bentuknya sama persis dengan baniang (berwarna putih dan memakai kancing), tetapi membedakan BANIANG & TUMIANG yaitu terletak pada penggunaan aplikasi renda-renda yang dijahit vertikal di bagian depan bajunya. TUMIANG diciptakan untuk para "Daeng" yang adalah para saudagar (pengusaha) dari Bugis-Makasar saat mereka diundang dalam acara-acara pesta di Maluku, dan dengan berkembangnya model TUMIANG yang kelihatan lebih modis dari BANIANG, maka pengaruh TUMIANG sangat signifikan mempengaruhi dan diterima oleh masyarakat Ambon secara utuh, sehingga dihari ini, Tumiang selalu disebut sebagai Baniang.


Maka dari ulasan singkat sejarah BANIANG & TUMIANG, cukup menegaskan dan melegitimasi rasa budaya Ambon yang khas, jika KEMEJA AMBOINO (Ciptaan Jimmy Pattiasina) pun akan mengikuti pakem historis dari Baniang dan Tumiang saat diproduksi kepada setiap konsumennya, yaitu dapat dipilih dalam dua model; yang pertama, kemeja Amboino tanpa aplikasi renda (Baniang), dan yang kedua, kemeja Amboino memakai aplikasi renda (Tumiang). J.Pattiasina.




Semoga Bermanfaat.

0 comments :

Post a Comment

Dengan Senang Hati Beta Menanti Basuara Sudara-Sudara.

Video Profile Negeri Booi

Selamat datang di blog TRADISI MALUKU.. Semoga bermanfaat bagi anda!!